PENINGKATAN LITERASI ANAK USIA 4-6 TAHUN MELALUI BAHAN AJAR MEMBACA, MENULIS, DAN BERHITUNG UNTUK GURU TK DI KECAMATAN CINERE DAN LIMO DEPOK

Authors

  • Ana Widyastuti Fakultas Bahasa dan SeniUniversitas Indraprasta PGRI

DOI:

https://doi.org/10.32734/abdimastalenta.v2i2.2291

Keywords:

Literasi, bahan ajar, anak usia 4-6 tahun, calistung

Abstract

Keberhasilan pendidikan anak usia dini terletak pada pendidik atau guru. Pendidik atau guru harus mampu membimbing, membantu dan mengarahkan anak didiknya untuk meningkatkan literasi. Salah satu yang hendak dicapai dalam mengoptimlkan kemampuan anak dini atau usia TK (4-6 tahun) adalah kemampuan membaca, menulis dan berhitung (CALISTUNG). Banyaknya keluhan dari orangtua murid alumni TK yang mengatakan bahwa anak yang lulus dari sekolah Taman Kanak-Kanak (TK) belum mampu Calistung. Kemampuan Calistung anak masih kurang optimal dikarenakan para guru TK khususnya guru TK di kecamatan Cinere dan Limo Depok masih belum mampu membuat bahan ajar yang tepat  untuk anak usia 4-6 tahun. Metode pelaksanaan kegiatan ini adalah pelatihan intensif pada guru Taman Kanak-Kanak (TK) di kecamatan Cinere dan Limo Depok yaitu membuat bahan ajar berupa Lembar Kerja Siswa (LKS) untuk anak usia 4- 6 tahun dengan materi Calistung dan unjuk kerja hasil pembuatan Lembar Kerja Anak  yang dijadikan buku Calistung di akhir pelatihan. Setelah melalui tahap revisi dan perbaikan, LKS tersebut dijadikan buku, untuk selanjutnya diajukan ke penerbit. Dalam praktik pelatihan pembuatan bahan ajar LKS Calistung, maka hasil dan pembahasannya adalah: (a) Kelompok guru yang membuat LKS Membaca, mulai memahami bagaimana membuat bahan ajar (LKS) dengan karakter yang baik, antara lain LKS harus variatif, mendalam, menarik, mudah, sesuai minat dan kebutuhan anak, dan sebagainya, sehingga masih diperlukan revisi kembali (b) Kelompok guru yang membuat LKS Menulis, sudah cukup memahami terlihat dari cara mereka menulis LKS seperti tahapan awal menulis yakni menebalkan garis horizontal, menebalkan garis vertikal, menebalkan garis putus-putus, menulis angka dengan menebalkan garis putus-putus, menulis huruf dengan menebalkan garis putus-putus, sampai menulis huruf tegak bersambung dengan menebalkan huruf-hurufnya.(c) Kelompok guru yang membuat LKS Berhitung cukup terampil, tampak dari prosesnya sudah melalui tiga tahapan yaitu penguasaan konsep, masa transisi, dan lambang. Namun dalam prinsip yang harus diperhatikan dalam berhitung ialah permainan berhitung diberikan secara bertahap, diawali dengan (1) menghitung benda-benda atau peristiwa pengalaman konkrit yang dialami melalui pengamatan terhadap alam sekitarnya, (2) Pengetahuan dan keterampilan pada permainan berhitung diberikan secara bertahap menurut tingkat kesukarannya, misalnya dari konkrit ke abstrak, mudah ke sukar, dan dari sederhana ke yang lebih kompleks, (3) Permainan berhitung akan berhasil jika anak-anak diberi kesempatan berpartisipasi dan dirangsang untuk menyelesaikan masalah-masalahnya sendiri, (4) Permainan berhitung membutuhkan suasana yang menyenangkan dan rasa aman serta kebebasan bagi anak. Untuk itu diperlukan alat peraga/media yang sesuai dengan benda sebenarnya (tiruan), menarik dan bervariasi, mudah digunakan dan tidak membahayakan, (5) Bahasa yang digunakan dalam pengenalan konsep berhitung seyogyanya bahasa yang sederhana dan jika memungkinkan mengambil contoh yang terdapat di lingkungan sekitar anak, (6) Dalam permainan berhitung anak dapat dikelompokkan sesuai tahap penguasaannya yaitu tahap konsep, masa transisi dan lambang, terkadang masih mengacak, namun proses pembuatan LKS  mulai sesuai urutan yang benar.

Downloads

Download data is not yet available.

Published

2017-12-13