Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) pada Pemberian Hidrogel dan Frekuensi Penyiraman dengan Sistem Vertikultur

Growth and Production of Shallot (Allium ascalonicum L.) on Hydrogel Application and Watering Frequency with Verticulture System

Authors

  • Nori Andrian Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, USU, Medan 20155, Indonesia.
  • Mariati Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, USU, Medan 20155, Indonesia.
  • Ferry Ezra T. Sitepu Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, USU, Medan 20155, Indonesia.

DOI:

https://doi.org/10.32734/joa.v6i2.2606

Keywords:

hydrogel, shallot, verticulture, watering frequency, bawang merah, frekuensi penyiraman, hidrogel, vertikultur

Abstract

The objective of the research was to identify the right dose of hydrogel and watering frequency on
the growth and production of shallots in verticulture system. The research was conducted at Desa
Karang Sari, Medan Polonia with a height of 25 meter above sea level from February up to April
2016, by used factorial Randomized Block Design with two factors and replicated three times. The
first factor was the doses of hydrogel i.e., 0 g/plant (without hydrogel), 0,1 g/plant, and 0,2 g/plant
and the second factor was the watering frequencies (1 time per each day, 1 time per 3 days and 1
time per 6 days). The results showed that doses of hydrogel only affected leaf number on 5 weeks
after planting (WAP), mean while the watering frequencies affected leaf number on 2 – 5 WAP.
Interaction between dose hydrogel and watering frequency significantly affected the fresh weight
and dry weight of shallot per paralon. The combination dose of hydrogel 0,2 g/plant and watering
frequency 1 time per each day (H
3P1
) showed the highest fresh weight 57,03 g and the highest dry
weight 45,17 g however it was unsignificantly different from the combination dose of hydrogel
0,2 g/plant and watering frequency 1 time per 6 days (H
3P3
) with fresh weight 51,68 g and dry
weight 39,63 g.

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dosis hidrogel dan frekuensi penyiraman air yang sesuai terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman bawang merah dengan sistem vertikultur yang dilaksanakan di Desa Karang Sari, Kec. Medan Polonia dengan ketinggian 25 meter diatas permukaan laut yang dimulai pada bulan Februari sampai April 2016, menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial dengan 2 faktor dan diulang 3 kali. Faktor pertama adalah dosis hidrogel dengan 3 taraf yaitu 0 g/tanaman (tanpa hidrogel), hidrogel 0,1 g/tanaman, dan hidrogel 0,2 g/tanaman dan faktor kedua adalah frekuensi penyiraman dengan 3 taraf yaitu penyiraman dengan frekuensi 1 hari 1 kali, 3 hari 1 kali, dan 6 hari 1 kali. Hasil penelitian menunjukan dosis hidrogel hanya berpengaruh nyata dengan jumlah daun pada 5 minggu setelah tanam (MST) sedangkan frekuensi penyiraman berpengaruh nyata dengan jumlah daun pada 2 – 5 MST. Interaksi perlakuan dosis hidrogel dan frekuensi penyiraman berpengaruh nyata dengan bobot basah umbi dan bobot kering umbi per paralon. Kombinasi perlakuan dosis hidrogel 0,2 g/tanaman dan frekuensi penyiraman 1 hari 1 kali (H 3P1 ) menunjukan bobot basah tertinggi 57,03 g dan bobot kering tertinggi 45,17 g yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan dosis hidrogel 0,2 g/tanaman dan frekuensi penyiraman 6 hari 1 kali (H 3P3 ) dengan bobot basah 51,68 g dan bobot kering 39,63 g.

Downloads

Download data is not yet available.

Published

2018-04-17