REOPTIMALISASI PERLINDUNGAN HUKUM SAKSI PELAPOR (WHISTEBLOWER) DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI

Authors

  • Andri Yanto Faculty of Law Bangka Belitung University
  • Faidatul Hikmah Faculty of Law, Bangka Belitung University
  • Nabil Abduh Aqil Faculty of Law, University of Sumatera Utara

DOI:

https://doi.org/10.32734/rslr.v2i1.11278

Keywords:

Whistleblower, witness testimony, protection, corruption;

Abstract

The protection of whistleblower witnesses (whisteblower) in handling corruption crimes is still an unresolved problem to date. Referring to the LPSK report, there was a rapid increase in the number of complaints in 2021, with the number of corruption also increasing and requiring immediate resolution. Amid the complexity of these demands, both the LPSK and the KPK have not been able to effectively provide guaranteed protection for witnesses reporting corruption crimes. As a result, there are still many cases that cause victims, whether whistleblower witnesses who died, were criminalized, or received threats and intimidation. In fact, in criminal procedural law in Indonesia, witness statements are part of valid evidence. For this reason, the government needs to increase efforts to protect whistleblower witnesses as mandated in Law No.13 of 2006 concerning Witness and Victim Protection. This research uses juridical-normative methods, and seeks to present solutions in policy making to optimize efforts to protect witnesses reporting corruption crimes in Indonesia.

 

Downloads

Download data is not yet available.

Author Biographies

Faidatul Hikmah, Faculty of Law, Bangka Belitung University

 

 

Nabil Abduh Aqil, Faculty of Law, University of Sumatera Utara

 

 

References

Chazawi, A. (2006). Hukum Pembuktian Tindak Pidana Korupsi. Bandung: Alumni

Gianie, (Februari 2023) “2022, Tahun Terakhir Defisit Anggaran di Atas 3 Persenâ€, Kompas Online, Februari 2023 diakses dari www.kompas.id/baca/bebas-akses/2022/01/24/2022-tahun-terakhir-defisit-anggaran-diatas-3-persen.

Hamzah, A. (2007). Pemberantasan Korupsi Melalui Hukum Pidana Nasional dan Konstitusional, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Harahap, M.Y. (2006). Pembahasan dan Penerapan KUHP dalam Pemeriksaan, Sidang, Pengadilan, Banding, Kasasi, dan Peninjauan Kembali. Edisi Kedua. Jakarta: Sinar Grafika

Hartati, E. (2009). Tindak Pidana Korupsi. Jakarta: Sinar Grafika

Indonesian Corruption Watch, (2022). “Tren Vonis Kasus Korupsi 2021â€. Antikorupsi, 08 Februari 2023, diakses dari www.antikorupsi.org/id/tren-vonis-kasus-korupsi-2021

Mahmud, M. (2013). Penelitian Hukum. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Matondong, F.J. (2015). Perlindungan Saksi Pelapor Dalam Tindak Pidana Korupsi di Indonesia. Jurnal Lex Crimen, Vol.4, No.3

Rahmani, D. (2022). “Permohonan Perlindungan Meningkat Tajam, LPSK Keluhkan Anggaran Tak Cukupâ€. Detik, 09 Februari 2023 diakses dari www.news.detik.com/berita/d-6310812/permohonan-perlindungan-meningkat-tajam-lpsk-keluhkan-anggaran-tak-cukup.

Saleh, K.W. (1983). Tindak Pidana Korupsi dan Suap. Bandung: Ghalia Indonesia

Soekanto, S., dan Mamudji, S. (2003). Penelitian Hukum Normatif. Suatu Tinjauan Singkat. Jakarta: Penerbit Raja Grafindo Persada.

Suradi, S. (2021). Perlindungan Hukum Terhadap Saksi Pelapor Dalam Tindak Pidana Korupsi Dikaitkan Dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban. Jurnal Justisia Pro, Vol.2, No.4

Vod. (2022). “Seorang ASN Asal Semarang Jadi Saksi Kasus Korupsi, tapi Kini Tewas Terbakar dan Diduga Dibunuhâ€. Kompas Online, 09 Februari 2023, diakses dari www.kompas.tv/amp/article/327800/videos/seorang-asn-asal-semarang-jadi-saksi-kasus-korupsi-tapi-kini-tewas-terbakar-dan-diduga-dibunuh

Walters, I. (2006). Memerangi Korupsi: Sebuah Peta Jalan Untuk Indonesia. Jakarta: JP Book

Waluyo, B. (2014). Viktomologi Perlindungan Korban & Saksi. Jakarta: Sinar Grafika

Wiyono, R. (2008). Pembahasan Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Jakarta: Sinar Grafika

Published

2023-05-31

Issue

Section

vol 2 no 1 mei 2023