Analisa Perbatasan Indonesia-Australia di Pulau Pasir (Ashmore Reef)
DOI:
https://doi.org/10.32734/rslr.v4i2.21858Keywords:
Pulau Pasir, UNCLOS 1982, MoU Box 1974, Indonesia, AustraliaAbstract
Konflik perbatasan maritim antara Indonesia dan Australia terkait Pulau Pasir (Ashmore Reef), sebuah gugusan terumbu karang yang secara historis telah dimanfaatkan oleh nelayan tradisional Indonesia sejak abad ke-17. Meskipun Australia mengklaim wilayah ini berdasarkan warisan kolonial yang diformalkan melalui Ashmore and Cartier Acceptance Act tahun 1933, akses nelayan Indonesia tetap berlangsung melalui Nota Kesepahaman (MoU) tahun 1974. Dengan menggunakan pendekatan yuridis normatif, penelitian ini menganalisis konflik tersebut dalam kerangka hukum internasional, khususnya Pasal 51 UNCLOS 1982 yang mengakui hak-hak perikanan tradisional. Hasil kajian menunjukkan bahwa kebijakan konservasi dan pengawasan maritim yang ketat dari Australia telah membatasi akses nelayan Indonesia, sementara kurangnya klaim hukum yang tegas dari Indonesia turut memperlemah posisi yuridisnya. Penelitian ini merekomendasikan pembaruan perjanjian bilateral yang lebih mencerminkan penggunaan historis dan perlindungan masyarakat lokal, sejalan dengan prinsip pelestarian sumber daya laut. Diplomasi yang konstruktif dan edukasi hukum kepada nelayan menjadi langkah strategis dalam meredam ketegangan serta mendukung pemanfaatan sumber daya secara berkelanjutan.
Downloads
References
Australian Government. (1933). Ashmore and Cartier Acceptance Act 1933. Canberra, Australia: Australian Government Publishing Service.
Campbell, B. C., & Wilson, B. (1993). Crime or Tradition? Indonesians in Australia’s Northern Waters. Maritime Studies, 1993(72), 10-13.
Ceccarelli, D. M., Richards, Z. T., Pratchett, M. S., & Cvitanovic, C. (2011). Rapid increase in coral cover on an isolated coral reef, the Ashmore Reef National Nature Reserve, north-western Australia. Marine and Freshwater Research, 62(10), 1214-1220.
Commonwealth of Australia, Australia's Relations with Indonesia, Joint Standing Committee on Foreign Affairs, Defence and Trade, November 1993, p. 15.
Donald, R., & Tim, S. (2023). The International Law of the Sea (3rd ed.). Bloomsbury Publishing.
Donald Rothwell. 2022. Ashmore Reef Resurfaces As A Maritime Headache. https://www.lowyinstitute.org/the-interpreter/ashmore-reef-resurfaces-maritime-headache. Diakses pada 11 Juni 2025.
Fox, J. J. (2002). A STUDY OF SOCIO-ECONOMIC ISSUES FACING TRADITIONAL INDONESIAN FISHERS WHO ACCESS THE MOU BOX A Report for Environment Australia.
Heriyanto, M. A. (2020). MoU 1974 Bukan Hukum Internasional Untuk Miliki Pulau Pasir . Diambil kembali dari Berita Satu: https://www.beritasatu.com/news/679897/mou-1974-bukan-hukum-internasional-untuk-miliki-pulaupasir.
Ilahi, A. F. R., & Harefa, S. (2023). Studi Kasus Sengketa Pulau Pasir di Laut Timor Antara Australia dan Indonesia. Sanskara Hukum Dan HAM, 2(01), 49-57.
Keesing, J. K., Bessey, C., Mortimer, N., Mortimer, H., & Hellmrich, L. (2024). Remote Underwater Video Confirms the Presence of Dugongs (Dugong dugon) at Ashmore Reef Australian Marine Park in the Eastern Indian Ocean. Aquatic Mammals, 50(6), 465–468. https://doi.org/10.1578/AM.50.6.2024.465.
KEMENHAN. (2019). Indonesia-Australia Sepakati Kerjasama Keamanan Maritim. https://www.kemhan.go.id/2019/12/06/indonesia-australia-sepakati-kerjasama-keamanan-maritim.html. Diakses pada 28 April 2025.
Kompasiana, Pulau Pasir Milik Orang Rote. 2015. https://www.kompasiana.com/prof_yusufhenuk/54f3795b7455137d2b6c7691/pulau-pasir-milik-orang-rote. Dilihat pada 28 April 2025.
Kristoforus, K., Hendrik, D., & Theresia, L. (2023). UPAYA PEMERINTAH INDONESIA DAN AUSTRALIA DALAM PENYELESAIAN MASALAH PEMANFAATAN SUMBER DAYA LAUT DI PULAU PASIR DI TINJAU DARI HUKUM LAUT INTERNASIONAL. Journal of Law and Nation, 2, 232–241.
Pajrin, R., Firdaus, M. R., Prianggoro, V. W. A., & Ramajagandhi, S. A. (2024). Dinamika Sengketa Internasional Wilayah Ashmore Reef Antara Indonesia Dengan Australia. JURNAL HUKUM, POLITIK DAN ILMU SOSIAL, 3(2), 419-427.
Pember, B. M., Chaplin, J. A., Braccini, M., & Loneragan, N. R. (2023). Population genomic and size distribution data suggest high genetic connectivity in the sandbar shark (Carcharhinus plumbeus)along a 2700 km coastline. Fisheries Research, 266, 106779. https://doi.org/10.1016/j.fishres.2023.106779.
Pradina, P. (2005). Teripang Indonesia : Komposisi Jenis Dan Sejarah Perikanan. Oseana, 30, 11–15.
Susanti, T. A. F., Muhdar, M., & Erawaty, R. (2021). Indonesian traditional fishing rights in ashmore reef area an international law perspective. Mulawarman Natural Resources and Environmental Law Review, 1-18.
Taufan, W., Lazarus, R., & Peni, S. (2019). Hambatan Indonesia Dalam Meratifikasi Perjanjian Tentang Penetapan Batas Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Dan Batas Dasar Laut Tertentu Tahun 1997 Antara Indonesia Dan Australia. Diponegoro Law Journal, 8(4). https://doi.org/10.14710/dlj.2019.27782
Tsamenyi, M. (1996). Managing Indonesian Traditional Fishing Activities in Australian Waters: an Australian Perspective. Maritime Studies, 1996(86), 18–26.
United Nations. (1982). United Nations Convention on the Law of the Sea. Retrieved April 28, 2025, from https://www.un.org/depts/los/convention_agreements/texts/unclos/unclos_e.pdf.
Downloads
Published
Issue
Section
License
Copyright (c) 2025 Ria Vinata, Ari Andria Natasya, Bagus Satria Triwahyuda, Tiurma Resti Elizabeth, Gidion Rangga W.Putra

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.









