PERUBAHAN RUANG SAKRAL WILAYAH KUTA, BALI
DOI:
https://doi.org/10.32734/koridor.v9i2.1358Keywords:
Ruang Sakral, Perkembangan dan Perubahan Ruang SakralAbstract
Ruang sakral dinyatakan sebagai bangunan atau obyek utama yang memiliki nilai sakral. Perubahan ruang sakral dapat dinilai dari sisi internal sebagai adanya perubahan unsur-unsur fisik pada ruang atau obyek tersebut seperti perubahan fungsi baik penambahan ataupun pengurangan; perubahan tata letak dan orientasi serta perubahan luas ruang. Selain itu perubahan ruang sakral dapat dinyatakan pula dari sisi eksternal dengan mempertimbangkan perubahan ruang sekitarnya/berbatasan yang dapat mempengaruhi nilai kesakralan bangunan atau obyek sakralnya, seperti perubahan radius jarak dengan bangunan terdekat, perubahan ketinggian bangunan terdekat dan daya pandang bangunan terdekat ke arah bangunan/obyek sakralnya. Pentingnya mempertahankan ruang sakral sebagai bentuk menjaga pluralisme masyarakat tradisional dalam konteks perencanaan keruangan.Penelitian ini bertujuan untuk menjawab permasalahan penelitian tentang perubahan ruang sakral Kuta dengan mempertimbangkan konsepsi ruang relasional. Dalam mencapai tujuan studi ini, maka dilakukan pengumpulan data baik primer maupun sekunder. Teknik analisis yang melandasi penelitian ini adalah analisis diskriptif, kualitatif dan interpretatif yang dilakukan sejak pengumpulan data dimulai.Berdasarkan kajian terhadap 7 (tujuh) jenis ruang-ruang sakral (Pura Dalem Kahyangan, Pura Dalem Tunon, Pura Pesanggaran, Sanggah, Pekarangan, Bale Banjar dan Catus Patha) pada 3 zona kesakralan (parahyangan, pawongan dan palemahan) di wilayah Desa Adat Kuta menunjukkan kecenderungan perubahan ruang. Terdapat beragam pola perubahan ruang sakral baik publik maupun privat terutama mencakup perubahan fungsi; perubahan tata letak dan orientasi; perubahan radius jarak dengan bangunan terdekat; perubahan ketinggian bangunan terdekat dan daya pandang bangunan terdekat ke arah bangunan/obyek sakralnya; serta perubahan lokasi ruang sakral. Perubahan tersebut mengindikasikan mulainya kemunculan kekuatan dominasi ekonomi dan politik yang mempengaruhi nilai-nilai sosial budaya lokal.