SENSATOPIA
DOI:
https://doi.org/10.32734/koridor.v9i2.1363Keywords:
Anak, Bermain, Spasial, MetafisikAbstract
Kala pendekatan fisik tidak mampu memahami karya arsitektur secara tuntas maka pendekatan metafisik dapat digunakan (Hardjoko, 2011). Dan perkembangan pengetahuan arsitektur pun akan terjadi bila ide dan gagasan yang melatarbelakangi kehadiran objek tidak dibatasi (Yatmo, 2014). Dalam kehidupan perkotaan, kehadiran anak bermain di jalan adalah sebuah fenomena yang jamak terlihat dan jalan tersebut kadang berubah fungsi dan tidak jarang berfugsi bersamaan, sebagai jalur transportasi dan sebagai spasial yang digunakan anak bermain dan akhirnya jalan tidak lagi terdefenisi dengan jelas. Apakah jalan tersebut masih didefinisikan sebagai jalur transportasi atau sebagai spasial bermain? ambiguitas ini menjadi sebuah dilema dalam memahami spasial arsitektur. Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian kualitatif berbasis grounded theory. Sebagian besar data bersifat data primer yang diperoleh dengan metode wawancara terhadap anak usia sekolah dasar serta melalui pengamatan berkala terhadap perilaku bermain anak. Analisis dilakukan dengan pendekatan coding terhadap setiap ucapan yang disampaikan anak. Penelitian ini lebih berpihak kepada melihat makna dibalik setiap ucapan dan perilaku bermain anak melalui pendekatan metafisik dengan focus pada spasial. Dari penelitian ini diperoleh pemahaman baru bahwa bagi anak bermain itu lebih bersifat kepada laboring mind, dan dari proses analisa tersebut dapat dipahami bahwa bagi anak spasial bermain adalah spasial yang mampu memberikan kesenangan dan kegembiraan bagi anak oleh sebab itu tak salah bila anak sering terlihat bermain di spasial yang tidak semestinya. Oleh sebab itu bagi anak ternyata jalan atau tempat-tempat lainnya adalah spasial yang berpotensi menimbulkan sensasi yang dapat dicerap oleh indera anak. Dan akhirnya dari sensasi yang dihadirkan oleh jalan tersebut dan menghantarkannya sebagai topos (tempat) yang memberikan sensasi yang melahirkan istilah baru sebagai sensatopia. Jalan bukan lagi didefinisikan sebagai jalur transportasi dan bukan juga sebagai spasial bermain. Jalan adalah Sensatopia yang kehadirannya berwujud Spasial Berbasis Stimulus Sensasionalistic.