Hutan Hilang, Sawit Datang: Mengapa Banjir di Aceh–Sumut–Sumbar Semakin Parah?

Hutan Hilang, Sawit Datang: Mengapa Banjir di Aceh–Sumut–Sumbar Semakin Parah?

 

 

Banjir bandang yang melanda Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat dalam beberapa pekan terakhir bukan hanya disebabkan curah hujan tinggi. Banyak ahli lingkungan menyebut fenomena ini sebagai bencana buatan manusia, karena wilayah yang dulu ditutup rapat oleh hutan kini berubah menjadi hamparan perkebunan sawit. Ketika struktur alam berubah sedrastis itu, air hujan tak lagi tertahan di tanah, dan bencana menjadi lebih mudah terjadi.

1. Dari Hutan Lebat Menjadi Monokultur Sawit

Bentang alam Sumatra berubah cepat dalam dua dekade terakhir, di mana hutan hujan tropis yang tebal digantikan perkebunan sawit skala besar. Vegetasi hutan yang beragam, kuat, dan mampu menyerap air diganti tanaman dengan akar dangkal yang tidak bisa menjalankan fungsi ekologis yang sama. Pergeseran ini membuat tanah menjadi rapuh dan mudah tergerus air.

2. Ketika Tanah Tak Lagi Mampu Menyerap Air Seperti Dulu

Hutan bekerja sebagai spons alami: menyerap air hujan secara perlahan dan melepasnya ke sungai dalam ritme stabil. Setelah berubah menjadi sawit, kapasitas tanah menahan air merosot jauh sehingga setiap hujan deras langsung menciptakan limpasan permukaan. Ketika debit air melonjak cepat, banjir bandang tak lagi butuh waktu lama untuk terbentuk.

3. Hilangnya Sabuk Penahan Longsor di Perbukitan

Banyak bukit dan lereng di Aceh, Sumut, dan Sumbar kini kehilangan tutupan hutan yang dulu mengikat tanah dengan akar yang kuat. Tanpa perlindungan vegetatif itu, struktur tanah menjadi rentan jenuh dan mudah longsor. Ketika longsor terjadi bersamaan banjir, dampaknya jauh lebih menghancurkan bagi masyarakat di bawahnya.

4. Sungai yang Menyempit dan Sedimentasi Berlebih

Pembukaan hutan menyebabkan erosi masif yang mengisi sungai dengan lumpur dan sedimen. Alur sungai menjadi sempit dan dangkal, sehingga kapasitas air berkurang drastis. Ketika hujan ekstrem datang, sungai tidak mampu menampung volume air dan langsung meluap, memperparah banjir di daerah hilir.

5. Dampak Sosial: Warga Menjadi Korban Perubahan Tutupan Lahan

Banjir dan longsor bukan hanya masalah lingkungan, tetapi juga tragedi sosial yang menghancurkan kehidupan masyarakat. Warga kehilangan rumah, mata pencaharian, dan rasa aman yang dulu mereka miliki sebelum hutan diganti perkebunan sawit. Tanpa pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan, bencana seperti ini akan terus berulang.