HUBUNGAN PENGGUNAAN OBAT BRONKODILATOR DENGAN TERJADINYA XEROSTOMIA PADA PASIEN PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK DI RSU Dr. PIRNGADI MEDAN
RELATIONSHIP BETWEEN THE USAGE OF BRONCHODILATOR TOWARD XEROSTOMIA IN CHRONIC OBSTRUCTIVE PULMONARY DISEASE PATIENT AT Dr. PIRNGADI MEDAN HOSPITAL
DOI:
https://doi.org/10.32734/dentika.v18i3.1959Keywords:
Xerostomia, pengobatan, bronkodilator, ppokAbstract
Xerostomia merupakan sensasi subjektif mulut kering yang dapat menyebabkan berbagai masalah di rongga mulut dan
mempengaruhi kualitas hidup seseorang. Xerostomia sering terjadi sebagai efek samping penggunaan obat dan salah satu
obat yang dapat menyebabkan xerostomia adalah obat bronkodilator yang digunakan pasien penyakit paru obstruktif
kronik (PPOK). Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan penggunaan obat bronkodilator terhadap terjadinya
xerostomia pada pasien penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) berdasarkan jenis dan lama pemberian obat. Jenis
penelitian ini adalah survei analitik dengan pendekatan cross sectional melibatkan 97 subjek (75 orang laki-laki dan 22
orang perempuan) yang merupakan pasien PPOK di RSU Dr. Pirngadi Medan. Penelitian ini dilakukan dengan
mewawancarai subjek menggunakan alat bantu kuesioner. Data diproses secara komputerisasi dan analisis menggunakan
uji Chi square. Hasil penelitian menunjukkan pasien PPOK yang mengalami xerostomia sebanyak 63 orang (64,95%).
Persentase xerostomia paling tinggi terdapat pada pengguna kombinasi obat (agonis beta 2 dan antikolinergik) dan
berdasarkan lama pemberian obat paling tinggi terdapat pada pengguna obat selama 1-5 tahun. Sebagai kesimpulan,
ditemukan adanya hubungan yang signifikan antara jenis obat dan lama pemberian obat bronkodilator yang digunakan
pasien PPOK terhadap terjadinya xerostomia. Penggunaan kombinasi obat dan dengan durasi yang semakin lama akan
semakin meningkatkan resiko terjadinya xerostomia.