GAMBARAN MALOKLUSI DAN KEBIASAAN BURUK PENDERITA SINDROM DOWN USIA 6-18 TAHUN DI SLB-C KOTA MEDAN

Authors

  • Siti Salmiah Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara
  • Nurul Sukma Mustafa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara

DOI:

https://doi.org/10.32734/dentika.v19i1.147

Keywords:

sindrom down, maloklusi, kebiasaan buruk

Abstract

Sindrom Down merupakan salah satu bentuk retardasi mental akibat kelainan genetik atau kelainan kromosom yang paling sering terjadi.Sindrom ini dapat ditandai dengan retardasi mental dan karakteristik fisik yang khas seperti maloklusi sebagai salah satu manifestasi oral khas pada penderita ini.Maloklusi sendiri memiliki berbagai faktor etiologi, salah satunya kebiasaan buruk. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi maloklusi dan kebiasaan buruk pada anak sindrom Down usia 6-18 Tahun di SLB-C Kota Medan.Jenis penelitian ini adalah survei deskriptif. Jumlah sampel penelitian ini sebesar 82 anak usia 6-18 tahun yang merupakan jumlah seluruh anak sindrom Down yang bersekolah di 8 SLB-C yang ada di Kota Medan. Pengambilan data dilakukan dengan wawancara terhadap orang tua dan pemeriksaan klinis pada rongga mulut anak. Analisis data dilakukan dengan cara manual dan komputerisasi. Data distribusi disajikan dalam bentuk tabel dengan hasil persentase. Hasil penelitian ini mendapatkan prevalensi maloklusi berdasarkan klasifikasi Angle pada anak sindrom Down usia 6-18 tahun di SLB-C Kota Medan sebesar 31,71% anak memiliki hubungan molar Klas I, 3,66% Klas II, dan 48,78% Klas III. Bentuk maloklusi paling banyak adalah gigitan silang anterior yaitu 42,68%, diikuti oleh crowding 39,02%, gigitan terbuka anterior sebanyak 23,17%, dan gigitan silang posterior 21,95%. Kebiasaan buruk paling tinggi adalah tongue thrusting yaitu 41,46%, bernapas melalui mulut 40,24%, bruxism 37,8%, menghisap jari 36,58%, dan menggigit kuku atau jari 21,95%. Prevalensi maloklusi dan kebiasaan buruk pada anak sindrom Down ini tergolong cukup tinggi. Hal ini perlu menjadi perhatian orang tua/wali/pengasuh untuk meminimalisir kebiasaan buruk tersebut agar pengunyahan dan fonetik anak dapat berfungsi dengan optimal. Penelitian ini menunjukkan bahwa tingginya prevalensi kebiasaan buruk tersebut menyebabkan tingginya prevalensi maloklusi pada penderita sindrom Down.

Downloads

Download data is not yet available.

Author Biographies

Siti Salmiah, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara

Departemen Pedodonsia

Nurul Sukma Mustafa, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara

Departemen Pedodonsia

Published

2016-07-07

How to Cite

Salmiah, S., & Mustafa, N. S. (2016). GAMBARAN MALOKLUSI DAN KEBIASAAN BURUK PENDERITA SINDROM DOWN USIA 6-18 TAHUN DI SLB-C KOTA MEDAN. Dentika: Dental Journal, 19(1), 42 - 46. https://doi.org/10.32734/dentika.v19i1.147